Selasa, 24 Mei 2016
Kamis, 19 Mei 2016
VIDEO PILKADES
berikut ini contoh video pilkades untuk memberikan gambaran sekaligus motivasi kepada calon pemilih agar lebih siap dalam menghadapi Pilkades pada hari :
Ahad, 29 Mei 2016
di Bale Desa Junwangi, Krian, Sidoarjo.
Selasa, 17 Mei 2016
TIPE KEPEMIMPINAN DiSC
Marston
adalah orang sukses yang tidak hanya seorang pengacara dan psikolog; ia juga
diproduksi pertama fungsional detektor kebohongan poligraf, menulis buku
self-help dan menciptakan Wonder Woman komik. kontribusi besar untuk psikologi
datang ketika ia dihasilkan karakteristik DISC emosi dan perilaku orang normal.
Marston, setelah melakukan penelitian tentang emosi manusia, menerbitkan
penemuannya pada tahun 1928 bukunya disebut Emosi Orang normal di mana ia
menjelaskan bahwa orang menggambarkan emosi mereka menggunakan empat jenis
perilaku: Dominasi (D), Bujukan (I), Kemantapan(S), dan Kepatuhan (C). Selain
itu, ia berpendapat bahwa jenis perilaku berasal dari perasaan masyarakat
tentang diri dan interaksi mereka dengan lingkungan. [1] Ia termasuk dua
dimensi yang mempengaruhi perilaku emosional masyarakat. Dimensi pertama adalah
apakah seseorang memandang lingkungan sebagai menguntungkan atau tidak
menguntungkan. Dimensi kedua adalah apakah seseorang memandang dirinya sebagai
memiliki kontrol atau kurangnya kontrol atas lingkungannya. Karyanya adalah
dasar dari penilaian DISC yang telah digunakan oleh lebih dari 50 juta orang
sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972. Meskipun William Moulton
Marston memberikan kontribusi terhadap penciptaan Penilaian DISC, ia tidak menciptakannya
atau bahkan berniat untuk menggunakan DISC sebagai penilaian. Pada tahun 1956,
Walter Clarke, seorang psikolog industri, mampu sengaja membangun penilaian
DISC menggunakan teori William Moulton Marston untuk model DISC. Dia dicapai
ini dengan menerbitkan Kegiatan Vector Analysis, daftar dari kata sifat yang ia
meminta orang untuk menunjukkan deskripsi yang akurat tentang diri mereka
sendiri. Penilaian ini dimaksudkan untuk digunakan dalam bisnis yang memerlukan
bantuan dalam memilih karyawan yang memenuhi syarat. Sekitar 10 tahun kemudian,
Walter Clarke Associates mengembangkan versi baru dari instrumen ini untuk John
Cleaver. Itu disebut Diri Deskripsi. Alih-alih menggunakan checklist, tes ini
memaksa responden untuk membuat pilihan antara dua atau lebih istilah. analisis
faktor dari penilaian ini ditambahkan ke dukungan dari instrumen berbasis DISC.
Diri Keterangan digunakan oleh John Geier, Ph.D., untuk menciptakan asli Profil
Pribadi System® (PPS) pada 1970-an. Melalui ratusan wawancara klinis, ia
ditindaklanjuti pemahaman tentang 15 pola dasar ditemukan oleh Clarke. Sejak
itu, sejumlah penerbit telah diperbarui dan / atau dihasilkan versi yang lebih
canggih dari penilaian DISC, yang paling maju mencapai hingga 160 pola perilaku
yang berbeda.
Beberapa
perusahaan menggunakan penilaian DISC sebagai cara untuk menyaring calon
karyawan, dengan pikiran bahwa jenis perilaku tertentu akan lebih baik atau
lebih buruk dalam pekerjaan tertentu atau posisi. [4] Ini bukan apa versi awal
dari penilaian DISC awalnya dirancang untuk tapi versi diciptakan dengan
pikiran ini. DISC umumnya digunakan sebagai alat untuk mengenal diri sendiri,
orang lain dan perilaku dalam situasi interpersonal yang baik. Anda dapat
mempelajari lebih lanjut tentang diri sendiri, orang lain dan bagaimana
menghadapi dalam situasi di mana hubungan interpersonal yang terlibat. Beberapa
versi yang lebih spesifik dari penilaian DISC akan membantu memahami bagaimana
satu orang akan cenderung untuk bereaksi dengan situasi tim, manajemen atau
kepemimpinan tertentu, memberinya atau gaya DISC nya. Penilaian ini telah
digunakan untuk menentukan kepemimpinan. Ada beberapa metode kepemimpinan yang
berbeda dan gaya yang bertepatan dengan masing-masing tipe kepribadian, yang
dapat membantu para pemimpin menjadi lebih efektif. DISC juga telah digunakan
untuk membantu menentukan tindakan ketika berhadapan dengan masalah sebagai
tim-bahwa kepemimpinan adalah, mengambil berbagai aspek dari setiap jenis
memperhitungkan ketika memecahkan masalah atau menugaskan pekerjaan.
Alat
penilaian DISC , dalam versi aslinya , digunakan untuk mengidentifikasi berikut
dasar 15 pola : • Pengarsip • Agen • Penilai • Penasihat • Kreatif • Pengembang
• Penginspirasi • Penyidik • Pemikir • Perfeksionis • Pembujuk • Praktisi •
Promotor • Pengusaha • Spesialis
D Tipe Dominan
|
I Tipe Influence
|
Karakter Umum :
•
Langsung
•
Kekuatan dengan ego besar
•
Penyelesai masalah
•
Pengambil resiko
•
Mulai dari diri
Team Work :
•
Pemimpin akar rumput
•
Memperhatikan waktu
•
Pengisi status quo
•
Inovative
Kelemahan :
•
Melebihi wewenang
•
Senang argumen
•
Tidak suka hal yang rutin
•
Menyelesaikan banyak hal dalam
1 waktu
Ketakutan terbesar :
•
Dimanfaatkan
|
Karakter Umum :
•
Antusias
•
Sok Jujur, optimistik
•
Persuasif, Banyak bicara
•
Meledak2, emosional
Team Work :
•
Kreatif dlm menyelesaikan
masalah
•
Ingin tahu besar
•
Motivator ulung
•
Senang humor
•
Negosiasi konflik
•
Pembuat perdamaian
Kelemahan :
•
Pencitraan
•
Kurang detail
•
Banyak berakting
•
Mendengar hanya yang
diinginkan
Ketakutan terbesar :
·
Tidak dipakai
|
C Tipe Complant /Correct
|
S Stable
|
Karakteristik Umum:
·
Akurat, analisis
·
Hati-hati, teliti
·
Pencari fakta, tepat
·
Standar tinggi, systematic
Team Work :
·
Realitas
·
Teliti dan kadang marah
·
Mengikuti semua kegiatan
·
Mengatur semuanya
Kelemahan :
·
Perlu dipersingkat
·
Terikat prosedur
·
Harus detail
·
Tidak suka verbal
·
Senang argument
Kelemahan :
·
Senang mengkritik
|
Karaktek Umum :
·
Pendengar baik, tim yg baik
·
Menguasai
·
Nyaman, pengarang
·
Memahami, teman baik
Team Work :
·
Sangat bergantung yg lain
·
Loyal
·
Mengeluh
·
Pendengar baik, sabar dan
empati
·
Baik dalam menyelesaikan konflik
Kelemahan
·
Susah berubah
·
Lama untuk berubah
·
Pendendam, sensitive
·
Susah menentukan pripritas
Kelemahan :
·
Kehilangan kekuasaan
|
Rabu, 11 Mei 2016
PERTEMUAN, AHAD 08 MEI 2016
Bersamaan dengan hari Ruwah Desa di Desa Junwangi telah diadakan pertemuan pada :
Hari/Tanggal : Ahad, 08 Mei 2016
Waktu : 19.15 s/d 20.00 Wib
Tempat : Ruang Pelayanan Kantor Desa Junwangi
Peserta :
Hari/Tanggal : Ahad, 08 Mei 2016
Waktu : 19.15 s/d 20.00 Wib
Tempat : Ruang Pelayanan Kantor Desa Junwangi
Peserta :
- BPD
- Plt. Kepala Desa, Desa Junwangi
- Pamong Desa
- Panitia Pemilihan Kepala Desa (P2KD)
- Calon Panitia Pembantu P2KD
- Sambutan :
- Ketua Panitia yang menjelaskan landasan hukum dibentuknya Panitia Pembantu
- Ketua BPD memberikan pengarahan tentang tanggung jawab Panitia Pembantu dan Panitia yang dikukuhkan adalah yang hadir pada pertemuan ini.
- Plt. Kepala Desa Junwangi yang menjelaskan kedudukan, fungsi dan tugas Panitia Inti dan Panitia Pembantu yang pada intinya adalah "Panitia Harus Netral" dalam Pilkades di Desa Junwangi ini.
- Acara dilanjutkan dengan Pengukuhan Panitia Pembantu, pada kesempatan itu 26 orang Panitia Pembantu dikukuhkan
- Acara diakhiri dengan doa oleh Kaur Kesra Desa Junwangi - Bpk. MUJIYONO dan dilanjutkan dengan nonton bareng wayang kulit gagrag jawatimuran semalam suntuk bersama Ki Dalang Heru Suparto.
Selasa, 10 Mei 2016
Sabtu, 07 Mei 2016
HARI RUWAH DESA - AHAD, 08 MEI 2016
DIRGAHAYU JUNWANGI - HARI RUWAH DESA
Hari Ruwat Desa Junwangi, Ahad 08 Mei 2016
Hakekat Ruwat Desa dalam perspektif Islam :
Hakekat Ruwat Desa dalam perspektif Islam :
- Media mengubah mindset masyarakat yang bersifat ritual belaka menuju cara bersyukur kepada Allah atas limpahan nikmat baik lahir maupun bathin yang diterima warga Desa Junwangi.
- Pendidikan langsung untuk mengenal Desa Junwangi dari aspek karakteristik, sosial, budaya dan lingkungannya.
- Wahana warga untuk berinteraksi sosial sembari memberikan sedekah berupa makanan (mut'imuth tho'am) kepada sesamanya dengan penuh rasa gembira dan ikhlas karena hanya mengharap ridhoNya.
- Berdoa bersama kepada Allah Subkhanahu Wa Ta'ala memohon keselamatan dan kesejahteraan warga Desa Junwangi khususnya (dalam rangka melaksanakan Pilkades Serentak 2016 hari Ahad Wage, 29 Mei 2016) dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Semoga semua acara dapat berlangsung sesuai rencana, tidak ada halangan
mulai awal sampai akhir acara. "Selamet, rahayu, kalis ing rubedo
nirboyo nir ing sambikolo." amiin ya Robbal 'alamiin.
DESA JUNWANGI DALAM JANTURAN RINGGIT PURWA
Swuh rep data pitana, swuh iku werdine sirna, rep ninggih swasana tentrem, data hangesti, pitana iku luhur. Sirna kang memala, mahanani jagad tentrem, lamun kita hangesti marang luhuring budaya. Duho menika wewangson kina gegambaraning wayang purwa, bebasan darda pendhak kala sirna, rahayu kang kaesthi, rahayu sagung dumadi. Para Pandhita giyah nganggit pangandikaning Jawata, ginantha dadiya carita, ninggih menika binukaning duwara wiwit wayang ginelar suh sesuluh lumantar gancaring sekar.
Hanenggih negari pundi ingkang minangka purwakaning carita, lah menika ingkang sinebat negari Junwangi Krian Sidoarjo. Mila kinarya bebuka ngupayaa negari satus datan antuk kalih, sewu tan antuk sedasa. Mila winastan negari Junwangi satuhu kedhatone Prabu Hastimurti.
Wenang sinebat negari ingkang panjang punjung pasir wukir loh jinawi gemah ripah tata tentrem karta tur raharja. Panjang dawa pocapane, punjung luhur kawibawane, samodra, wukir gunung, dene negari ngungkuraken pagunungan, ngungkuraken pasabinan, nengenake benawi, ngayunaken bandaran ageng, loh sugih sumber toya, marma tulus kang sarwa tinandur, jinawi murah kang sarwa tinimbas. Gemah kang laku dagang rina wengi selur tan ana pedhote, labet tan ana sang sayaning marga. Ripah janma kang samya gegriya salebeting praja jejel apepet tepung cukit aben taritis, papan wiyar katingal rupak awit saking harjaning negari. Karta kawula ing padhusunan samya ayem tentrem atine, mungkul pangolahing tetanen, ingon-ingon raja kaya kebo, pitik, iwen yen rina aglar ing pangonan, kalamun wanci sore pada mulih marang kandhange dewe-dewe, data nana carane kandhang nganggo pepalang, lawang kinancingan, labet ana durjana juti. Raharja tebih ing parangmuka, dene para pamong desa, RT, RW saha sedaya unsur lembaga desa datan ana ingkang samya lampah cecengilan, sedaya samya atut rukun sahiyek saeka kapti denira ngangkat karyaning praja.
Winastan agung awit Negara kang gede obore, padhang jagade, jero tancebe, dhuwur kukuse, adoh marang kuncarane, boten namung praja ing kanan kering kewala ingkang sumuyud, senadyan ing tebih-tebih tanah sabrang kathah ingkang sami sumawita datan karana bandayuda. Bebasan ingkang celak mangklung , ingkang tebih tumiyung, samya mara seba, atur bulu bekti myang glondhong pangareng-areng, peni-peni raja peni guru bakal guru dadi luminter tan ana kendhate lumados ing saben warsa
Wenang den ucapno jejuluk nata ing Ngastina, ajejuluk Prabu .........................................(Tunggu setelah 29 Mei 2016)
Dene lelabuhaning nata paring sandang wong kawudan, asung pangan wong kaluwen, aweh banyu wong kasatan, tulung teken wong kalunyon, paring kudung wong kepanasan, asung payung wong kodanan, hamaluyakake wong sakit, karya sukaning kang nandhang prihatin. Lampahing pangadilan praja anindakaken sama beda dana dendha, lire boten ambau kapine, yen sampun leresing kapidana senadyan putra sentana myang keluarga, boten wigah-wigih lajeng katrapan ing pamisesa. Nanging uga berbudi bawaleksana, lire berbudi lila legawa ing driya, tansah anggeganjar ngulawisuda. Bawaleksana hanetepi pangandika, punapa ingkang sampun kadhawuhan boten kenging oncat tetep kalampahan. Yen ta ginunggunga lelabuhaning nata, wiyaring laladan sedalu tan ana pedhote, pinunggel ingkang murweng kawi sinigeg.
Nuju ing dinten Respati, sang Nata miyos siniwaka aneng sitinggil binaturata, lenggah ing dhampar denta, pinalipit ing kencana, pinanthik, ing sesotya retna, lemek babut permadani, sinebaran sari-sari ginadawida jabat kasturi. Ginarebeg ing badhaya srimpi biyada manggung ketanggung, jaka palara-lara ingkang samya ngampil upacara nata, banyak dalang, sawunggaling, ardhawalika, kacumas, dwipangga, ingkang sedaya saking kencana bebakalan.
Sang nata kinebutan laring manyura saking kanan kering, kongas gandaning nata ngantos dumugi ing pangurakan. Sirna kamanungsane lir pendhah Sang Hyang Sambu ngejawantah den ayap para widadari.
Rep sidem premanem tan ana swabawane walang ngalisik, gegodhongan tan ana obah, samirana tan lumampah, amung lamat-lamat kapiyarsa swaraning pradangga munya anganyut-anyut, lan unining manuk engkuk, jalak kang mencok panging waringin. Miwah swaraning panambut karyaning para abdi pandhe gendhing kriya kemasan, cakapireng cat boten saking pangkilan, patih carengkling imbal ganti ngemu wirama, saya muwuhi asri rarasing pangkilan.
Raras kang halenggah, neng amparan rukmi,
akarya asmara, hanawung, sembada,
hawingit weh wingwrin, wimbaning narpati,
siniwaka kadya, sang maha bathara, O ,
tumurun mandana, prasidaning dadi, harjaning praja
Learning by doing, javanese interface - "khotibu 'ala qodri uqulihim."
DESA JUNWANGI DALAM JANTURAN RINGGIT PURWA
Swuh rep data pitana, swuh iku werdine sirna, rep ninggih swasana tentrem, data hangesti, pitana iku luhur. Sirna kang memala, mahanani jagad tentrem, lamun kita hangesti marang luhuring budaya. Duho menika wewangson kina gegambaraning wayang purwa, bebasan darda pendhak kala sirna, rahayu kang kaesthi, rahayu sagung dumadi. Para Pandhita giyah nganggit pangandikaning Jawata, ginantha dadiya carita, ninggih menika binukaning duwara wiwit wayang ginelar suh sesuluh lumantar gancaring sekar.
Hanenggih negari pundi ingkang minangka purwakaning carita, lah menika ingkang sinebat negari Junwangi Krian Sidoarjo. Mila kinarya bebuka ngupayaa negari satus datan antuk kalih, sewu tan antuk sedasa. Mila winastan negari Junwangi satuhu kedhatone Prabu Hastimurti.
Wenang sinebat negari ingkang panjang punjung pasir wukir loh jinawi gemah ripah tata tentrem karta tur raharja. Panjang dawa pocapane, punjung luhur kawibawane, samodra, wukir gunung, dene negari ngungkuraken pagunungan, ngungkuraken pasabinan, nengenake benawi, ngayunaken bandaran ageng, loh sugih sumber toya, marma tulus kang sarwa tinandur, jinawi murah kang sarwa tinimbas. Gemah kang laku dagang rina wengi selur tan ana pedhote, labet tan ana sang sayaning marga. Ripah janma kang samya gegriya salebeting praja jejel apepet tepung cukit aben taritis, papan wiyar katingal rupak awit saking harjaning negari. Karta kawula ing padhusunan samya ayem tentrem atine, mungkul pangolahing tetanen, ingon-ingon raja kaya kebo, pitik, iwen yen rina aglar ing pangonan, kalamun wanci sore pada mulih marang kandhange dewe-dewe, data nana carane kandhang nganggo pepalang, lawang kinancingan, labet ana durjana juti. Raharja tebih ing parangmuka, dene para pamong desa, RT, RW saha sedaya unsur lembaga desa datan ana ingkang samya lampah cecengilan, sedaya samya atut rukun sahiyek saeka kapti denira ngangkat karyaning praja.
Winastan agung awit Negara kang gede obore, padhang jagade, jero tancebe, dhuwur kukuse, adoh marang kuncarane, boten namung praja ing kanan kering kewala ingkang sumuyud, senadyan ing tebih-tebih tanah sabrang kathah ingkang sami sumawita datan karana bandayuda. Bebasan ingkang celak mangklung , ingkang tebih tumiyung, samya mara seba, atur bulu bekti myang glondhong pangareng-areng, peni-peni raja peni guru bakal guru dadi luminter tan ana kendhate lumados ing saben warsa
Wenang den ucapno jejuluk nata ing Ngastina, ajejuluk Prabu .........................................(Tunggu setelah 29 Mei 2016)
Dene lelabuhaning nata paring sandang wong kawudan, asung pangan wong kaluwen, aweh banyu wong kasatan, tulung teken wong kalunyon, paring kudung wong kepanasan, asung payung wong kodanan, hamaluyakake wong sakit, karya sukaning kang nandhang prihatin. Lampahing pangadilan praja anindakaken sama beda dana dendha, lire boten ambau kapine, yen sampun leresing kapidana senadyan putra sentana myang keluarga, boten wigah-wigih lajeng katrapan ing pamisesa. Nanging uga berbudi bawaleksana, lire berbudi lila legawa ing driya, tansah anggeganjar ngulawisuda. Bawaleksana hanetepi pangandika, punapa ingkang sampun kadhawuhan boten kenging oncat tetep kalampahan. Yen ta ginunggunga lelabuhaning nata, wiyaring laladan sedalu tan ana pedhote, pinunggel ingkang murweng kawi sinigeg.
Nuju ing dinten Respati, sang Nata miyos siniwaka aneng sitinggil binaturata, lenggah ing dhampar denta, pinalipit ing kencana, pinanthik, ing sesotya retna, lemek babut permadani, sinebaran sari-sari ginadawida jabat kasturi. Ginarebeg ing badhaya srimpi biyada manggung ketanggung, jaka palara-lara ingkang samya ngampil upacara nata, banyak dalang, sawunggaling, ardhawalika, kacumas, dwipangga, ingkang sedaya saking kencana bebakalan.
Sang nata kinebutan laring manyura saking kanan kering, kongas gandaning nata ngantos dumugi ing pangurakan. Sirna kamanungsane lir pendhah Sang Hyang Sambu ngejawantah den ayap para widadari.
Rep sidem premanem tan ana swabawane walang ngalisik, gegodhongan tan ana obah, samirana tan lumampah, amung lamat-lamat kapiyarsa swaraning pradangga munya anganyut-anyut, lan unining manuk engkuk, jalak kang mencok panging waringin. Miwah swaraning panambut karyaning para abdi pandhe gendhing kriya kemasan, cakapireng cat boten saking pangkilan, patih carengkling imbal ganti ngemu wirama, saya muwuhi asri rarasing pangkilan.
Raras kang halenggah, neng amparan rukmi,
akarya asmara, hanawung, sembada,
hawingit weh wingwrin, wimbaning narpati,
siniwaka kadya, sang maha bathara, O ,
tumurun mandana, prasidaning dadi, harjaning praja
Learning by doing, javanese interface - "khotibu 'ala qodri uqulihim."
DESA JUNWANGI DALAM GAMBARAN WAYANG KULIT
Swuh rep data pitana, swuh itu artinya lenyap,
rep itu artinya suasana tenteram, data menghargai pitana itu luhur. Lenyap
kejahatan, membuat dunia tenteram, bila kita menghargai tentang tingginya nila
budaya. Duho itu peribahasa kuno yang menggambarkan wayang kulit, laksana
bebasan darda pendhak kala sirna, berhasil yang dihajatkan, mendapat berkah
dalam hidupnyag dumadi. Para pemuka agama memegang teguh firmanNya. Digubah
menjadi cerita, inilah pendahuluan mulai dari wayang digelar untuk menjadi
tatanan, tontonan dan tuntunan. Desa mana yang menjadi pembuka dari cerita ini,
itulah yang disebut Desa Junwangi Krian Sidoarjo. Kenapa ditempatkan diawal
cerita karena mencari 100 Desa tidak ada duanya dan untuk menacari 100 Desa
tidak akan ada 10. Kenapa disebut Desa Junwangi karena ssungguhnya merupakan
tempat bertugasnya Kepala Desa yang unggul.
Berhak mendapat sebutan desa yang panjang punjung
pasir wukir loh jinawi gemah ripah tata tentrem karta tur raharja. Panjang artinya
panjang bila dijelaskan, punjung artinya besar wibawanya, samodra, wukir
gunung, sebuah desa yang membelakangi pegunungan , membelakangi pesawahan, dekat
dengan lautan, dekat dengan pelabuhan, Loh maksudnya ada sumber mata air
sehingga pengairan melimpah, membuat subur yang ditanam, murah yang dibeli. Gemah
maknanya yang berdagang pagi malam tiada hentinya, semua dapat bekerja tanpa ada
masalah berarti. Ripah artinya warga yang membuat rumah di desa Junwangi begitu
besar, megah sehingga lokasi yang luas kelihatan sempit karena tanda sebuah kemakmuran.
Karta warga yang tinggal di pinggiran merasa tenteram hatinya, rajin k mengolah
pertanian awula ing hewan peliharaan seperti kerbau, ayam, bebek ketika siang
diumbar tanpa digembala, ketika waktu sore hari semua kembali ke kandang
masing-masing, tidak ada bangunan kandang beralang pintu maupun dikunci , namun
tidak ada yang mencuri. Raharja artinya jauh dari orang yang bermaksud jahat.
Para pamong desa, RT, RW dan semua unsur lembaga desa tidak ada yang berlaku
menyimpang, semua rukun semua bersatu dalam bekerja untuk kesejahteraan desa praja.
Winastan agung karena besar sinarnya, terang
dunianya, dalam pondasinya, tinggi wibawanya, terkenal sampai jauh, tidak hanya
desa disebelah kanan kirinya saja yang menaruh rasa hormat, tetapi juga jauh
yang belajar kepada desa Junwani tanpa
diminta. Ibarat desa yang dekat menaruh rasa hormat, desa yang jauh merasa
kagum.
Bisa disebut Kepala Desa di Junwangi Krian
Sidoarjo, ajejuluk Prabu adalah ...............(Tunggu
setelah 29 Mei 2016)
Pengabdian seorang Kepala Desa Junwangi adalah diibaratkan memberi pakaian orang yang kehujanan, memberi makan orang yang kelaparan, memberi pengairan orang yang kekeringan, memberi tongkat orang yang berjalan ditempat yang licin, memberi penutup kepala orang yang kepanasan, memberi payung orang yang kehujanan, mengutamakan orang yang sakit, empati kepada orang yang sengsara. Melaksananakan keadilan desa dengan lurus tidak pandang bulu, artinya tidak berat sebelah, bila sanksi harus dijatuhkan tidak memandang siapa saja bahakan bila putra, saudara maupun keluarga, tidak ragu-ragu hukuman segera dijatuhkan. Tetapi juga berbudi bawaleksana, berbudi artinya ikhlas lahir bathin, senantiasa mengampuni yang tidak bersalah. Bawaleksana memenuhi ucapan, apa yang diucapkan tetap akan dilaksanakan tanpa mengingkari janji.Tanpa melebih-lebihkan, pendeknya pengabdian Kepala Desa Junwangi tidak cukup diceritakan dalam sehari semalam karena banyaknya kebaikannya.
Pada suatu hari (Rabu), Kepala Desa Junwangi memimpin rapat besar di kursinya di Balai Desa Junwangi dihadapan pamong desa untuk membahas kesejahteraan Desa laksana seorang Presiden memimpin para menterinya. Suasana sepi, tenteram sambal diiringi iringi sayup-sayup suara musik dari kejauhan menambah suasana pertemuan itu semakin nyaman.
Pengabdian seorang Kepala Desa Junwangi adalah diibaratkan memberi pakaian orang yang kehujanan, memberi makan orang yang kelaparan, memberi pengairan orang yang kekeringan, memberi tongkat orang yang berjalan ditempat yang licin, memberi penutup kepala orang yang kepanasan, memberi payung orang yang kehujanan, mengutamakan orang yang sakit, empati kepada orang yang sengsara. Melaksananakan keadilan desa dengan lurus tidak pandang bulu, artinya tidak berat sebelah, bila sanksi harus dijatuhkan tidak memandang siapa saja bahakan bila putra, saudara maupun keluarga, tidak ragu-ragu hukuman segera dijatuhkan. Tetapi juga berbudi bawaleksana, berbudi artinya ikhlas lahir bathin, senantiasa mengampuni yang tidak bersalah. Bawaleksana memenuhi ucapan, apa yang diucapkan tetap akan dilaksanakan tanpa mengingkari janji.Tanpa melebih-lebihkan, pendeknya pengabdian Kepala Desa Junwangi tidak cukup diceritakan dalam sehari semalam karena banyaknya kebaikannya.
Pada suatu hari (Rabu), Kepala Desa Junwangi memimpin rapat besar di kursinya di Balai Desa Junwangi dihadapan pamong desa untuk membahas kesejahteraan Desa laksana seorang Presiden memimpin para menterinya. Suasana sepi, tenteram sambal diiringi iringi sayup-sayup suara musik dari kejauhan menambah suasana pertemuan itu semakin nyaman.
Raras kang halenggah, neng amparan rukmi, akarya
asmara, hanawung, sembada,
hawingit weh wingwrin,wimbaning narpati, siniwaka kadya, sang maha bathara, O ,
tumurun mandana, prasidaning dadi, harjaning praja.
hawingit weh wingwrin,wimbaning narpati, siniwaka kadya, sang maha bathara, O ,
tumurun mandana, prasidaning dadi, harjaning praja.
(Ini adalah sulukan ketika memimpin pertemuan
mislnya kepala desa yang menggambarkan bahwa kepala desa tepat sekali duduk
dikursinya, bekerja dengan dilandasi rasa senang hati, memimpin rapat dengan
bijaksana, dengan wibawa laksana seorang Presiden turun ke desa mengambil
keputusan untuk kesejahteraan warganya)
Learning by doing, javanese interface -
"khotibu 'ala qodri uqulihim." maknanya : Belajar sambil bekerja, bahasa
perhubungan : bahasa jawa – “berbicaralah
sesuai daya terima mereka”
Langganan:
Postingan (Atom)