Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Kamis, 19 Mei 2016

VIDEO PILKADES

berikut ini contoh video pilkades untuk memberikan gambaran sekaligus motivasi kepada calon pemilih agar lebih siap dalam menghadapi Pilkades pada hari : Ahad, 29 Mei 2016 di Bale Desa Junwangi, Krian, Sidoarjo.

Lamp Perbup No 5 Tahun 2016

Lamp Perbup No 5 2016

More presentations from Rumput Bergoyang

Perbup No 5 Tahun 2016

Selasa, 17 Mei 2016

TIPE KEPEMIMPINAN DiSC


DISC adalah alat penilaian perilaku berdasarkan teori DISC psikolog William Moulton Marston , yang berpusat pada empat ciri-ciri perilaku yang berbeda , yang saat ini disebut : dominasi , pengaruh , kemantapan , dan kepatuhan . Teori ini kemudian berkembang menjadi alat penilaian perilaku oleh psikolog industri Walter Vernon Clarke .
Marston adalah orang sukses yang tidak hanya seorang pengacara dan psikolog; ia juga diproduksi pertama fungsional detektor kebohongan poligraf, menulis buku self-help dan menciptakan Wonder Woman komik. kontribusi besar untuk psikologi datang ketika ia dihasilkan karakteristik DISC emosi dan perilaku orang normal. Marston, setelah melakukan penelitian tentang emosi manusia, menerbitkan penemuannya pada tahun 1928 bukunya disebut Emosi Orang normal di mana ia menjelaskan bahwa orang menggambarkan emosi mereka menggunakan empat jenis perilaku: Dominasi (D), Bujukan (I), Kemantapan(S), dan Kepatuhan (C). Selain itu, ia berpendapat bahwa jenis perilaku berasal dari perasaan masyarakat tentang diri dan interaksi mereka dengan lingkungan. [1] Ia termasuk dua dimensi yang mempengaruhi perilaku emosional masyarakat. Dimensi pertama adalah apakah seseorang memandang lingkungan sebagai menguntungkan atau tidak menguntungkan. Dimensi kedua adalah apakah seseorang memandang dirinya sebagai memiliki kontrol atau kurangnya kontrol atas lingkungannya. Karyanya adalah dasar dari penilaian DISC yang telah digunakan oleh lebih dari 50 juta orang sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972. Meskipun William Moulton Marston memberikan kontribusi terhadap penciptaan Penilaian DISC, ia tidak menciptakannya atau bahkan berniat untuk menggunakan DISC sebagai penilaian. Pada tahun 1956, Walter Clarke, seorang psikolog industri, mampu sengaja membangun penilaian DISC menggunakan teori William Moulton Marston untuk model DISC. Dia dicapai ini dengan menerbitkan Kegiatan Vector Analysis, daftar dari kata sifat yang ia meminta orang untuk menunjukkan deskripsi yang akurat tentang diri mereka sendiri. Penilaian ini dimaksudkan untuk digunakan dalam bisnis yang memerlukan bantuan dalam memilih karyawan yang memenuhi syarat. Sekitar 10 tahun kemudian, Walter Clarke Associates mengembangkan versi baru dari instrumen ini untuk John Cleaver. Itu disebut Diri Deskripsi. Alih-alih menggunakan checklist, tes ini memaksa responden untuk membuat pilihan antara dua atau lebih istilah. analisis faktor dari penilaian ini ditambahkan ke dukungan dari instrumen berbasis DISC. Diri Keterangan digunakan oleh John Geier, Ph.D., untuk menciptakan asli Profil Pribadi System® (PPS) pada 1970-an. Melalui ratusan wawancara klinis, ia ditindaklanjuti pemahaman tentang 15 pola dasar ditemukan oleh Clarke. Sejak itu, sejumlah penerbit telah diperbarui dan / atau dihasilkan versi yang lebih canggih dari penilaian DISC, yang paling maju mencapai hingga 160 pola perilaku yang berbeda.
Beberapa perusahaan menggunakan penilaian DISC sebagai cara untuk menyaring calon karyawan, dengan pikiran bahwa jenis perilaku tertentu akan lebih baik atau lebih buruk dalam pekerjaan tertentu atau posisi. [4] Ini bukan apa versi awal dari penilaian DISC awalnya dirancang untuk tapi versi diciptakan dengan pikiran ini. DISC umumnya digunakan sebagai alat untuk mengenal diri sendiri, orang lain dan perilaku dalam situasi interpersonal yang baik. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang diri sendiri, orang lain dan bagaimana menghadapi dalam situasi di mana hubungan interpersonal yang terlibat. Beberapa versi yang lebih spesifik dari penilaian DISC akan membantu memahami bagaimana satu orang akan cenderung untuk bereaksi dengan situasi tim, manajemen atau kepemimpinan tertentu, memberinya atau gaya DISC nya. Penilaian ini telah digunakan untuk menentukan kepemimpinan. Ada beberapa metode kepemimpinan yang berbeda dan gaya yang bertepatan dengan masing-masing tipe kepribadian, yang dapat membantu para pemimpin menjadi lebih efektif. DISC juga telah digunakan untuk membantu menentukan tindakan ketika berhadapan dengan masalah sebagai tim-bahwa kepemimpinan adalah, mengambil berbagai aspek dari setiap jenis memperhitungkan ketika memecahkan masalah atau menugaskan pekerjaan.
Alat penilaian DISC , dalam versi aslinya , digunakan untuk mengidentifikasi berikut dasar 15 pola : • Pengarsip • Agen • Penilai • Penasihat • Kreatif • Pengembang • Penginspirasi • Penyidik • Pemikir • Perfeksionis • Pembujuk • Praktisi • Promotor • Pengusaha • Spesialis

Seorang ahli yang menguasai analisa DiSC Tools ini disebut DiSC analyst dan mendapat gelar CBA (Certified Behavioral Analyst).


D     Tipe Dominan
I  Tipe Influence
Karakter Umum :
       Langsung
       Kekuatan dengan ego besar
       Penyelesai masalah
       Pengambil resiko
       Mulai dari diri
Team Work :
       Pemimpin akar rumput
       Memperhatikan waktu
       Pengisi status quo
       Inovative
Kelemahan :
       Melebihi wewenang
       Senang argumen
       Tidak suka hal yang rutin
       Menyelesaikan banyak hal dalam 1 waktu
Ketakutan terbesar :
       Dimanfaatkan
Karakter Umum :
       Antusias
       Sok Jujur, optimistik
       Persuasif, Banyak bicara
       Meledak2, emosional
Team Work :
       Kreatif dlm menyelesaikan masalah
       Ingin tahu besar
       Motivator ulung
       Senang humor
       Negosiasi konflik
       Pembuat perdamaian
Kelemahan :
       Pencitraan
       Kurang detail
       Banyak berakting
       Mendengar hanya yang diinginkan
Ketakutan terbesar :
·         Tidak dipakai
C   Tipe Complant /Correct
S Stable
Karakteristik Umum:
·         Akurat, analisis
·         Hati-hati, teliti
·         Pencari fakta, tepat
·         Standar tinggi, systematic
Team Work :
·         Realitas
·         Teliti dan kadang marah
·         Mengikuti semua kegiatan
·         Mengatur semuanya
Kelemahan :
·         Perlu dipersingkat
·         Terikat prosedur
·         Harus detail
·         Tidak suka verbal
·         Senang argument
Kelemahan :
·         Senang mengkritik
Karaktek Umum :
·         Pendengar baik, tim yg baik
·         Menguasai
·         Nyaman, pengarang
·         Memahami, teman baik
Team Work :
·         Sangat bergantung yg lain
·         Loyal
·         Mengeluh
·         Pendengar baik, sabar dan empati
·         Baik dalam menyelesaikan konflik
Kelemahan
·         Susah berubah
·         Lama untuk berubah
·         Pendendam, sensitive
·         Susah menentukan pripritas
Kelemahan :
·         Kehilangan kekuasaan
  



Rabu, 11 Mei 2016

PERTEMUAN, AHAD 08 MEI 2016

Bersamaan dengan hari Ruwah Desa di Desa Junwangi telah diadakan pertemuan pada :
    Hari/Tanggal  : Ahad, 08 Mei 2016
    Waktu           : 19.15 s/d 20.00 Wib
    Tempat          : Ruang Pelayanan Kantor Desa Junwangi
    Peserta          :
  • BPD
  • Plt. Kepala Desa, Desa Junwangi
  • Pamong Desa
  • Panitia Pemilihan Kepala Desa (P2KD)
  • Calon Panitia Pembantu P2KD
 Isi Pertemuan :
  • Sambutan :
    • Ketua Panitia yang menjelaskan landasan hukum dibentuknya Panitia Pembantu
    • Ketua BPD memberikan pengarahan tentang tanggung jawab Panitia Pembantu dan Panitia yang dikukuhkan adalah yang hadir pada pertemuan ini.
    • Plt. Kepala Desa Junwangi yang menjelaskan kedudukan, fungsi dan tugas Panitia Inti dan Panitia Pembantu yang pada intinya adalah "Panitia Harus Netral" dalam Pilkades di Desa Junwangi ini.
  • Acara dilanjutkan dengan Pengukuhan Panitia Pembantu, pada kesempatan itu 26 orang Panitia Pembantu dikukuhkan
  •  Acara diakhiri dengan doa oleh Kaur Kesra Desa Junwangi - Bpk. MUJIYONO dan dilanjutkan dengan nonton bareng wayang kulit gagrag jawatimuran semalam suntuk bersama Ki Dalang Heru Suparto.

Selasa, 10 Mei 2016

PERDA PILKADA SERENTAK

Perda No 8 Tahun 2016

More presentations from Admin P2KD Junwangi

Sabtu, 07 Mei 2016

HARI RUWAH DESA - AHAD, 08 MEI 2016

DIRGAHAYU JUNWANGI - HARI RUWAH DESA



Hari Ruwat Desa Junwangi, Ahad 08 Mei 2016
Hakekat Ruwat Desa dalam perspektif Islam :
  1. Media mengubah mindset masyarakat yang bersifat ritual belaka menuju cara bersyukur kepada Allah atas limpahan nikmat baik lahir maupun bathin yang diterima warga Desa Junwangi.
  2. Pendidikan langsung untuk mengenal Desa Junwangi dari aspek karakteristik, sosial, budaya dan lingkungannya.
  3. Wahana warga untuk berinteraksi sosial sembari memberikan sedekah berupa makanan (mut'imuth tho'am) kepada sesamanya dengan penuh rasa gembira dan ikhlas karena hanya mengharap ridhoNya. 
  4. Berdoa bersama kepada Allah Subkhanahu Wa Ta'ala memohon keselamatan dan kesejahteraan warga Desa Junwangi khususnya (dalam rangka melaksanakan Pilkades Serentak 2016 hari Ahad Wage, 29 Mei 2016) dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Semoga semua acara dapat berlangsung sesuai rencana, tidak ada halangan mulai awal sampai akhir acara. "Selamet, rahayu, kalis ing rubedo nirboyo nir ing sambikolo." amiin ya Robbal 'alamiin.

 DESA JUNWANGI DALAM JANTURAN RINGGIT PURWA

Swuh rep data pitana, swuh iku werdine sirna, rep ninggih swasana tentrem, data hangesti, pitana iku luhur. Sirna kang memala, mahanani jagad tentrem, lamun kita hangesti marang luhuring budaya. Duho menika wewangson kina gegambaraning wayang purwa, bebasan darda pendhak kala sirna, rahayu kang kaesthi, rahayu sagung dumadi. Para Pandhita giyah nganggit pangandikaning Jawata, ginantha dadiya carita, ninggih menika binukaning duwara wiwit wayang ginelar suh sesuluh lumantar gancaring sekar.
Hanenggih negari pundi ingkang minangka purwakaning carita, lah menika ingkang sinebat negari Junwangi Krian Sidoarjo. Mila kinarya bebuka ngupayaa negari satus datan antuk kalih, sewu tan antuk sedasa. Mila winastan negari Junwangi satuhu kedhatone Prabu Hastimurti.
Wenang sinebat negari ingkang panjang punjung pasir wukir loh jinawi gemah ripah tata tentrem karta tur raharja. Panjang dawa pocapane, punjung luhur kawibawane, samodra, wukir gunung, dene negari ngungkuraken pagunungan, ngungkuraken pasabinan, nengenake benawi, ngayunaken bandaran ageng, loh sugih sumber toya, marma tulus kang sarwa tinandur, jinawi murah kang sarwa tinimbas. Gemah kang laku dagang rina wengi selur tan ana pedhote, labet tan ana sang sayaning marga. Ripah janma kang samya gegriya salebeting praja jejel apepet tepung cukit aben taritis, papan wiyar katingal rupak awit saking harjaning negari. Karta kawula ing padhusunan samya ayem tentrem atine, mungkul pangolahing tetanen, ingon-ingon raja kaya kebo, pitik, iwen yen rina aglar ing pangonan, kalamun wanci sore pada mulih marang kandhange dewe-dewe, data nana carane kandhang nganggo pepalang, lawang kinancingan, labet ana durjana juti. Raharja tebih ing parangmuka, dene para pamong desa, RT, RW saha sedaya unsur lembaga desa datan ana ingkang samya lampah cecengilan, sedaya samya atut rukun sahiyek saeka kapti denira ngangkat karyaning praja.
Winastan agung awit Negara kang gede obore, padhang jagade, jero tancebe, dhuwur kukuse, adoh marang kuncarane, boten namung praja ing kanan kering kewala ingkang sumuyud, senadyan ing tebih-tebih tanah sabrang kathah ingkang sami sumawita datan karana bandayuda. Bebasan ingkang celak mangklung , ingkang tebih tumiyung, samya mara seba, atur bulu bekti myang glondhong pangareng-areng, peni-peni raja peni guru bakal guru dadi luminter tan ana kendhate lumados ing saben warsa
Wenang den ucapno jejuluk nata ing Ngastina, ajejuluk Prabu .........................................(Tunggu setelah 29 Mei 2016)
Dene lelabuhaning nata paring sandang wong kawudan, asung pangan wong kaluwen, aweh banyu wong kasatan, tulung teken wong kalunyon, paring kudung wong kepanasan, asung payung wong kodanan, hamaluyakake wong sakit, karya sukaning kang nandhang prihatin. Lampahing pangadilan praja anindakaken sama beda dana dendha, lire boten ambau kapine, yen sampun leresing kapidana senadyan putra sentana myang keluarga, boten wigah-wigih lajeng katrapan ing pamisesa. Nanging uga berbudi bawaleksana, lire berbudi lila legawa ing driya, tansah anggeganjar ngulawisuda. Bawaleksana hanetepi pangandika, punapa ingkang sampun kadhawuhan boten kenging oncat tetep kalampahan. Yen ta ginunggunga lelabuhaning nata, wiyaring laladan sedalu tan ana pedhote, pinunggel ingkang murweng kawi sinigeg.
Nuju ing dinten Respati, sang Nata miyos siniwaka aneng sitinggil binaturata, lenggah ing dhampar denta, pinalipit ing kencana, pinanthik, ing sesotya retna, lemek babut permadani, sinebaran sari-sari ginadawida jabat kasturi. Ginarebeg ing badhaya srimpi biyada manggung ketanggung, jaka palara-lara ingkang samya ngampil upacara nata, banyak dalang, sawunggaling, ardhawalika, kacumas, dwipangga, ingkang sedaya saking kencana bebakalan.
Sang nata kinebutan laring manyura saking kanan kering, kongas gandaning nata ngantos dumugi ing pangurakan. Sirna kamanungsane lir pendhah Sang Hyang Sambu ngejawantah den ayap para widadari.
Rep sidem premanem tan ana swabawane walang ngalisik, gegodhongan tan ana obah, samirana tan lumampah, amung lamat-lamat kapiyarsa swaraning pradangga munya anganyut-anyut, lan unining manuk engkuk, jalak kang mencok panging waringin. Miwah swaraning panambut karyaning para abdi pandhe gendhing kriya kemasan, cakapireng cat boten saking pangkilan, patih carengkling imbal ganti ngemu wirama, saya muwuhi asri rarasing pangkilan.

Raras kang halenggah, neng amparan rukmi,
akarya asmara, hanawung, sembada,
hawingit weh wingwrin, wimbaning narpati,
siniwaka kadya, sang maha bathara, O ,
tumurun mandana, prasidaning dadi, harjaning praja

Learning by doing, javanese interface - "khotibu 'ala qodri uqulihim."



DESA JUNWANGI DALAM GAMBARAN WAYANG KULIT 

Swuh rep data pitana, swuh itu artinya lenyap, rep itu artinya suasana tenteram, data menghargai pitana itu luhur. Lenyap kejahatan, membuat dunia tenteram, bila kita menghargai tentang tingginya nila budaya. Duho itu peribahasa kuno yang menggambarkan wayang kulit, laksana bebasan darda pendhak kala sirna, berhasil yang dihajatkan, mendapat berkah dalam hidupnyag dumadi. Para pemuka agama memegang teguh firmanNya. Digubah menjadi cerita, inilah pendahuluan mulai dari wayang digelar untuk menjadi tatanan, tontonan dan tuntunan. Desa mana yang menjadi pembuka dari cerita ini, itulah yang disebut Desa Junwangi Krian Sidoarjo. Kenapa ditempatkan diawal cerita karena mencari 100 Desa tidak ada duanya dan untuk menacari 100 Desa tidak akan ada 10. Kenapa disebut Desa Junwangi karena ssungguhnya merupakan tempat bertugasnya Kepala Desa yang unggul.

Berhak mendapat sebutan desa yang panjang punjung pasir wukir loh jinawi gemah ripah tata tentrem karta tur raharja. Panjang artinya panjang bila dijelaskan, punjung artinya besar wibawanya, samodra, wukir gunung, sebuah desa yang membelakangi pegunungan , membelakangi pesawahan, dekat dengan lautan, dekat dengan pelabuhan, Loh maksudnya ada sumber mata air sehingga pengairan melimpah, membuat subur yang ditanam, murah yang dibeli. Gemah maknanya yang berdagang pagi malam tiada hentinya, semua dapat bekerja tanpa ada masalah berarti. Ripah artinya warga yang membuat rumah di desa Junwangi begitu besar, megah sehingga lokasi yang luas kelihatan sempit karena tanda sebuah kemakmuran. Karta warga yang tinggal di pinggiran merasa tenteram hatinya, rajin k mengolah pertanian awula ing hewan peliharaan seperti kerbau, ayam, bebek ketika siang diumbar tanpa digembala, ketika waktu sore hari semua kembali ke kandang masing-masing, tidak ada bangunan kandang beralang pintu maupun dikunci , namun tidak ada yang mencuri. Raharja artinya jauh dari orang yang bermaksud jahat. Para pamong desa, RT, RW dan semua unsur lembaga desa tidak ada yang berlaku menyimpang, semua rukun semua bersatu dalam bekerja untuk kesejahteraan desa praja.

Winastan agung karena besar sinarnya, terang dunianya, dalam pondasinya, tinggi wibawanya, terkenal sampai jauh, tidak hanya desa disebelah kanan kirinya saja yang menaruh rasa hormat, tetapi juga jauh yang  belajar kepada desa Junwani tanpa diminta. Ibarat desa yang dekat menaruh rasa hormat, desa yang jauh merasa kagum.
Bisa disebut Kepala Desa di Junwangi Krian Sidoarjo, ajejuluk Prabu adalah   ...............(Tunggu setelah 29 Mei 2016)
Pengabdian seorang  Kepala Desa Junwangi adalah diibaratkan memberi pakaian orang yang kehujanan, memberi makan orang yang kelaparan, memberi pengairan orang yang kekeringan,  memberi tongkat orang yang berjalan ditempat yang licin, memberi penutup kepala orang yang  kepanasan, memberi payung orang yang kehujanan, mengutamakan orang yang sakit, empati kepada orang yang sengsara. Melaksananakan keadilan desa dengan lurus tidak pandang bulu, artinya tidak berat sebelah, bila sanksi harus dijatuhkan tidak memandang siapa saja bahakan bila putra, saudara maupun keluarga, tidak ragu-ragu hukuman segera dijatuhkan.  Tetapi juga berbudi bawaleksana, berbudi artinya ikhlas lahir bathin, senantiasa mengampuni yang tidak bersalah. Bawaleksana memenuhi ucapan, apa yang diucapkan tetap akan dilaksanakan tanpa mengingkari janji.Tanpa melebih-lebihkan, pendeknya pengabdian Kepala Desa Junwangi tidak cukup diceritakan dalam sehari semalam karena banyaknya kebaikannya.
Pada suatu hari (Rabu), Kepala Desa Junwangi memimpin rapat besar di kursinya di Balai Desa Junwangi  dihadapan pamong desa untuk membahas kesejahteraan Desa  laksana seorang Presiden memimpin para menterinya.  Suasana sepi, tenteram sambal diiringi iringi sayup-sayup suara musik dari kejauhan menambah suasana pertemuan itu semakin nyaman.
Raras kang halenggah, neng amparan rukmi, akarya asmara, hanawung, sembada,
hawingit weh wingwrin,wimbaning narpati, siniwaka kadya, sang maha bathara, O ,
tumurun mandana, prasidaning dadi, harjaning praja.
(Ini adalah sulukan ketika memimpin pertemuan mislnya kepala desa yang menggambarkan bahwa kepala desa tepat sekali duduk dikursinya, bekerja dengan dilandasi rasa senang hati, memimpin rapat dengan bijaksana, dengan wibawa laksana seorang Presiden turun ke desa mengambil keputusan untuk kesejahteraan warganya)
Learning by doing, javanese interface - "khotibu 'ala qodri uqulihim." maknanya : Belajar sambil bekerja, bahasa perhubungan : bahasa  jawa – “berbicaralah sesuai daya terima mereka”